https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/04/tularankan-keahlian-sidiq-lestarikan.html
Jakarta
(satunusantara) Mustar Sidiq kerap disapa dengan panggilan Sidik, merupakan salah satu generasi
muda Indonesia yang memiliki semangat total untuk mempertahankan budaya leluhur
bangsa nya. Lewat batik khususnya batik pesisir Pekalongan,
Sidik sangat peduli agar batik tulis
pesisir Pekalongan tetap terjaga kelestariannya.
Kecintaan Pria yang
lahir di kota Pekalongan pada batik
tulis pesisir Pekalongan dimulai sejak usia belia. Hidup di kota batik,
Pekalongan. Sidik kecil, setiap hari
menyatu dengan lingkungan di sekitar rumahnya yang menggantungkan kehidupan mereka dengan
melakukan pekerjaan membatik. Sejak matahari terbit hingga matahari terbenam
bahkan sampai larut malam.
Sidiq pria kelahiran
kelahiran 10 Agustus 1982, harus berpikir dan bekerja keras untuk memajukan
tradisi batik pesisir Pekalongan. Jatuh
bangun kehidupan telah dirasakan Sidik. Anak yatim yang telah ditinggalkan
ayahnya sejak delapan tahun sehingga harus putus sekolah pada kelas empat SD
karena terbentur biaya. Mengawali karir membatiknya sebagai buruh batik. Saat
itu sebagai pewarna dahan atau yang disebut nyolori gagang. Pernah juga
ikut bekerja sebagai buruh kuli keceh
(mewarna kain dan mencuci kain batik) pada tahun 1992 hingga 1993.
Dalam perjalanan hidupnya
Sidiq pun pernah merantau ke berbagai daerah di Indonesia termasuk ke Jakarta
pada tahun 1994. Hanya bertahan dua tahun saja di Jakarta, Sidik yang juga
penggiat “Gerakan Anak Indonesia Cinta
Batik Indonesia” ini memutuskan untuk kembali ke daerah asalnya Pekalongan. Ia
pun hanya bisa bekerja sebagai buruh jahit karena pada kala itu masih sangat
susah mencari pekerjaan yang layak.
Dan baru pada tahun 1998 -
1999, Sidiq ayah dua putra Alvien (11 tahun)
dan Alfan (7 tahun) berinisiatif
mendirikan usaha konveksi dengan membuat busana untuk wanita motif batik jenis daster dan longdress. Berbagai
peristiwa dan pengalaman dalam kehidupan Sidik dijadikan pelajaran yang berharga.
Selain itu berbagai pekerjaan pun di tekuninya namun tetap di bidang
konveksi, batik dan garmen.
Banyak sekali peristiwa suka
dan duka yang dialami pria yang sejak
remaja bercita – cita mendirikan Yayasan Batik dan Budaya. Termasuk kejadian yang sangat membekas di benak pikiran dan
hatinya, pada tahun 2002 ia mengalami kebangkrutan yang
disebabkan kebakaran di pasar Wonosobo
- Jawa Tengah dan Tanah Abang – Jakarta.
Malang melintang dalam
mencari peluang usaha serta jatuh, bangkit
dan bangun kembali, tidak membuat
Sidiq yang menikahi Sugiharti 12
Juni 2004 ini putus asa. Tekun sebagai produsen yang memproduksi
batik, kerja keras Sidik membuahkan
hasil. Produksi batik jenis sarung yang
dibuat Sidik diekspor ke negara
Thailand dan Singapura.
Dalam menggeluti dunia batik
Sidiq diharuskan untuk memiliki mental
kuat. Persaingan yang tak sehat kerap menghampiri, tidak jarang sampai
bermusuhan.
“Batik itu panas karena di
dalamnya mengandung unsur api. Dari proses pembuatan canting hingga
pembuatan batik semuanya berhubungan dengan api. Batik adalah api,” tutur
Sidiq.
Dan pada akhir tahun 2007 ia
pun kembali mengalami jatuh dari
usahanya dan hanya menerima jasa produksi kembali. Sempat berpolitik dan
membuka peluang usaha ayam goreng namun belum beruntung. Sehingga
pada akhir tahun 2011 ia pun memutuskan untuk kembali kepada panggilan jiwanya semula yakni membatik.
Keputusan untuk kembali
menekuni pekerjaan batik membatik membuat Sidiq
yang memiliki merk dagang
AlvienAlfan untuk produksi batiknya yang diambil dari nama kedua putranya hingga
saat ini tetap bertahan sebagai produsen batik tulis dan online shop batik lawas
atau batik antik.
Kalau Bukan Sekarang Kapan
Lagi!
Diakui Sidiq generasi muda Indonesia saat ini khususnya di
Pekalongan, memandang pekerjaan membatik merupakan pekerjaan
tradisional, bukan pekerjaan modern. Sehingga
membatik menurut mereka bukan pekerjaan
yang menjanjikan untuk masa depan.
“Anak muda di daerah tempat
saya Pekalongan lebih memilih menjadi sales promotion girl atau Sales counter
hand phone,” ungkapnya prihatin.
Keprihatinan Mustar Sidiq ingin menggugah rasa empati generasi
muda terhadap keberadaan batik nusantara diwujudkannya dalam bentuk sebuah
buku 110 halaman yang berjudul
“Panduan Tekhnik Batik Tulis”.
Bagi Pria yang sejak kecil
bercita-cita menjadi guru ini ingin mendorong kesadaran generasi muda
Indonesia untuk mau berkecimpung di dunia batik membatik. Meskipun membatik itu
susah dan harus memiliki keahlian khusus namun Sidik memiliki kiat-kiat jitu
dalam membatik. Diantaranya kesabaran, ketekunan, kecintaan, kreatif dan ketalenan. Selain itu pria penggemar minum kopi ini
bermaksud membantu mereka yang mau belajar serius menekuni dunia batik membatik
tetapi tidak mempunyai uang.
Disadari oleh pria yang
hobby membaca buku saat rehat dari rutinas
bahwa batik sebagai warisan
budaya leluhur Indonesia sangat berpotensi menjadi salah
satu produk unggulan yang tidak kalah pamornya dengan adibusana bermerk
yang dihasilkan mancanegara karena itu
batik mempunyai nilai lebih untuk dikembangkan sebagai komoditi. Batik juga
bisa dijadikan produk unggulan para pengusaha UMKM (usaha kecil dan menengah
serta koperasi) untuk meningkatkan
kesejahteraan dan masyarakat perekonomian Indonesia.
Mustar Sidiq berkeinginan
adanya regenerasi pembatik di kalangan generasi muda Indonesia. Untuk itu ia
berbagi ilmu kepada mereka melalui memberi pelatihan di berbagai sekolah maupun masyarakat umum.
Khusus untuk keberadaan
sumber daya manusia pembatik dalam negeri, Sidiq merasa prihatin bila tidak
berkembang dengan benar. Oleh sebab itu ia mengharapkan munculnya SDM pembatik yang berkualitas
dalam tekhnik batik tulis maupun pewarnaanya.
Untuk mewujudkan gagasannya itu ia menerbitkan buku berjudul “Panduan
Teknik Batik Tulis”.
“Kalau bukan sekarang kapan
lagi, kalau bukan kita siapa lagi,”ujar Sidiq dalam suatu kesempatan.apr.