Kala Kegelapan Jadi Daya Tarik Wisata

https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/03/kala-kegelapan-jadi-daya-tarik-wisata.html
Jakarta
(satunusantara) Pada umumnya masyarakat takut akan
kegelapan, kegelapan itu mengimajinasikan orang dengan sesuatu menyeramkan. Namun
saat tanggal 9 Maret 2016 warga dunia khususnya masyarakat Indonesia ramai-ramai
mengejar kegelapan namun bukan kegelapan yang biasa tapi fenomena alam. Bahkan kegelapan
ini menjadi daya tarik wisata, dimana Indonesia menjadi negara satu-satunya
melihat gerhana matahari total (GMT) di daratan.
Jauh-jauh hari sebelum
terjadi GMT pemerintah lewat Kementerian Kordinator Maritim dan Sumber Daya
menjadi motor penggerak pariwisata yang membawahi Kementerian Pariwisata
sebagai ujung tombaknya. Institusi inilah yang mempromosikan 12 kota yang
dilalui GMT ke masyarakat international.
Lewat tayangan iklan
berdurasi sekian menit di media-media international Kemenpar mempromosikan lokasi
wisata plus GMT itu sendiri. Selain itu mereka juga mempersiapkan infrastruktur
dan mengajak masyarakat berprilaku untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tak
apriori dengan orang asing. Mengubah kebiasaan itu, Maka Kemenko Maritim
membuat program Gerakan Bersih dan Senyum (GBS) di lokasi wisata terutama di 10
destinasi baru di Indonesia.
Selain promosi, pihak
Kementerian Maritim juga mengajak intitusi lain dan para pelajar menyaksikan
GMT, mereka mengundang para ahli astronomi, peneliti serta menggemar antariksa
menikmati indahnya fenomena alam di perairan Belitung tak jauh dari Tanjung
Kelayang salah satu dari 10 destinasi baru, dimana lokasi pantainya begitu
mempesona.
Tak hanya Tanjung Kelayang
sebagai titik melihat fenomena alam, ada Sigi di Sulawesi Tengah bahkan Wakil
Presiden Jusuf Kala pun meyaksikan GMT di lokasi itu. Ternate, Maluku Utara,
dan Halmahera dikunjungi empat kapal pesiar internasional. Sehari sebelum
terjadi GMT keempatnya bersandar di sana dengan harapan mampir di Morotai guna
menikmati keindahan alam bawah laut nan menakjubkan.
Bahkan Jakarta yang hanya
bisa melihat sekitar 88 persen warganya berbondong-bondong meyaksikan gerhana,
ada yang cukup keluar rumah dengan peralatan seadanya atau mengunjungi planetarium
yang menyediakan empat teleskop dan membagikan kacamata khusus gerhana.
GMT menjadi berkah Indonesia,
selain masyarakat internasional diundang melihat kegelapan malam di saat siang
hari, mereka juga disuguhkan aneka budaya seperti tarian, musik dan pertunjukan
seni lainnya serta ragam kuliner yang memanjakan mata dan lidah wisatawan.
Bahkan Menteri Pariwisata
Arif Yahya pun terkejut, target pengunjung di Tanjung Kelayang hanya 5000 orang,
tapi sungguh diluar dugaan wisatawan di pantai itu lebih dari 50 ribu orang. Hotel dan penginap penuh, bahkan
sebulan sebelum terjadi GMT sudah full book (penuh dipesan), Puteri Pariwisata
2015 saja tak kebagian kamar hotel.
Nyata-nyata kegelapan itu
membawa berkah bagi pariwisata Indonesia, semoga saja para turis mancanagera
itu mau berbagi pengalaman mengunjungi lokasi wisata dengan orang disekitarnya,
baik dari mulut ke mulut, media sosial atau media massa. Bagaimana indahnya
alam nusantara, pantainya yang jernih lagi bersih, biota lautnya kaya, dan masyarakatnya
ramah.
Kita sendiri tak
boleh berpuas diri, GMT hanya sebagai pemicu, usaha dan keseriusan lah yang
bisa mengangkat pariwisata nusantara menjadi tujuan lokasi pilihan para wisman.
Kegelapan sudah berlalu, titik terang ada di depan mata tinggal kita mau tidak
memanfaatkan momen tersebut menjadi berkah yang berkelanjutan.apr/foto:linda.