Menhan: Kalau Tidak Sekarang Kapan lagi

https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/01/menhan-kalau-tidak-sekarang-kapan-lagi.html
Jakarta
(satunusantara) Kebutuhan alat utama sistem persenjataan
(alutsista) cukup mendesak, terutama untuk menjaga keamanan dan kedaulatan
NKRI. Selama ini Indonesia banyak membeli dari Negara lain. Karena itu pemerintah
melalui Kementerian Pertahanan memulai program membuat kapal selam, tank hingga
pesawat tempur. “Kalau tidak sekarang, kapan lagi…”, demkian kilah Menteri
Pertahanan Ryamizard Ryacudu, di Jakarta.
Keseriusan langkah
pemerintah membangun industri pertahanan ditandai dengan Penandatangan kontrak
CSA dilakukan antara Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian
Pertahanan Timbul Siahaan dan Presiden KAI Ltd Ha Sung-yong di Kementerian
Pertahanan Korea. Dan juga Work Assignment Agreement (WAA) diteken Direktur
Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso dan Ha Sung-yong.
Lebih lanjut dikatakan, penguasaan
teknologi pesawat tempur tidaklah mudah. Karena itu, suksesnya program ini
perlu dukungan semua pihak, pemerintah selaku regulator, TNI sebagai pengguna,
dan industri pertahanan sebagai pelaku, termasuk menyiapkan keahlian dan
teknologi.
“Dengan ditandatanganinya
CSA ini, saya minta kedua belah pihak menunjukan keseriusannya dan komitmen
sesuai kesepakatan yang telah ditandatangani," papar Menteri Pertahanan
Ryamizard Ryacudu di Kementerian Pertahanan Jakarta.
Ditambahkan, salah satu dari
7 program strategis adalah pengembangan pesawat tempur, menjalin kerjasama
strategis antara Indonesia dengan Korea Selatan. kerjasama tersebut akan
meningkatkan kualitas hubungan yang baik antara kedua negara dan kebutuhan
dalam negeri dalam memenuhi alutsista secara mandiri.
Sementara itu, Minister of
Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Republik Korea, Chang
Myougjin mengatakan, kerjasama industri pertahanan harus didasari kepercayaan
kedua belah pihak sehingga berjalan dengan mulus.
“Proyek pesawat ini,
merupakan proyek yang memakan anggaran terbesar dari apa yang telah kami
lakukan selama ini. Dan penandatangan ini merupakan satu titik dimana kerjasama
antara ilmuwan Indonesia dan ilmuwan Korea”, pungkasnya.
Kerjasama industri
pertahanan Indonesia dengan korea, menurut Chang, dimulai awal 1970 dalam
pengadaan kapal selam. "Sampai saat ini kerjasama membangun pesawat tempur
terus berjalan, upaya keras kedua negara itu terus diusahakan, dan akhirnya
telah terjalin kerjasama untuk proyek tersebut.
Chang mengungkapkan
pembangunan alutsista sangat sulit, harus didasari pemahaman strategis kedua
negara dan komitmen yang kuat sehingga hubungan pertahanan Indonesia dan Korea
lebih baik ke depannya. "Kedua negara akan terus jalin kerjasama saling
membangun, saya yakin seperti itu," menutup pembicaraannya dengan media.linda.