Panglima TNI : Wartawan Menjadi Motor Penggerak Bangsa
https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/02/panglima-tni-wartawan-menjadi-motor.html
Jakarta (satunusantara) Media Massa sebagai sarana
informasi dan pendidikan memiliki peran penting dan strategis. Wartawanlah yang
menjadi motor penggerak kemajuan bangsa. Demikian disampaikan Panglima TNI
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam ceramahnya didepan 240 para awak media cetak
dan elektronik, yang bertajuk “Memahami
Ancaman, Menyadari Jati Diri Sebagai Modal Membangun Menuju Indonesia Emas” dalam
rangka meningkatkan Wawasan Kebangsaan pada acara Sail of Journalist,
di atas KRI Makassar-590, Surabaya.
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga mengatakan bahwa, Indonesia
tengah mewaspadai penyebaran Proxy War.
Salah satu jenis peperangan ini masuk ke kategori perang yang mematikan. Proxy
War diartikan sebagai peristiwa saling adu kekuatan di antara dua
pihak yang bermusuhan, dengan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga ini sering
disebut dengan boneka. Pihak ketiga ini dijelaskan sebagai pihak yang tidak
dikenal oleh siapapun, kecuali pihak yang mengendalikannya dari jarak tertentu.
Oleh karena itu, pihak-pihak seperti mahasiswa, ormas, lembaga masyarakat, dan
perorangan disinyalir mudah menjadi boneka atau pihak ketiga tersebut.
Menurut Panglima TNI, Proxy War saat ini berlatar
belakang energi. Proxy War di Indonesia semakin nyata dengan
adanya pergeseran konflik dunia, salah satunya. “Saat ini sisa cadangan energi
dunia sisa 45 tahun dan itu akan habis jika kita semua tak berusaha
menemukan penggantinya, karena konsumsi energi 2025 meningkat 45 persen,”
tuturnya.
“Sekitar 70 persen konflik di dunia berlatar belakang energi.
Peningkatan energi pada tahun 2007-2009 juga memicu kenaikan harga pangan dunia
yang mencapai 75 persen. Disisi lain, hanya ada negara-negara yang dilintasi
ekuator yang mampu bercocok tanam sepanjang tahun negara tersebut, seperti
Amerika Latin, Afrika Tengah, dan Indonesia sendiri,” kata Panglima TNI.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga memaparkan tentang
jumlah penduduk dunia yang akan mencapai 12,3 milliar di tahun 2043.
Menurutnya, jumlah tersebut 3 kali lipat melebihi daya tampung bumi. Jadi, di
dunia ini hanya ada 2,5 miliar penduduk yang tinggal di garis ekuator,
sementara untuk sisa penduduknya ada sejumlah 9,8 milliar yang berada di luar
ekuator.
“Kondisi ini yang memicu terjadinya perang untuk mengambil alih
energi negara-negara yang berada di garis ekuator, salah satunya Indonesia.
Maka saat ini yang terjadi adalah perang masa kini dengan latar energi akan
mengalami pergeseran menjadi perang pangan, air, dan energi,” papar Panglima
TNI.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan, banyak cara dilakukan
negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia. Saat ini sudah terasa
yakni adanya Proxy War sudah mulai kita waspadai karena sudah
menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara dan berkeluarga.
“Caranya dengan menguasai media di Indonesia, dengan menciptakan adu domba
TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pemecah belah partai dan
penyelundupan narkoba sudah jauh-jauh hari dilakukan,” ujar Jenderal TNI Gatot
Nurmantyo.
Guna mengatasi permasalahan tersebut, maka semua komponen bangsa
harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang cukup, keahlian sesuai
bidangnya, menempa diri dengan pengalaman yang nyata di lapangan. Dengan demikian
akan terbentuk karakter individu bangsa Indonesia yang kuat dan berwawasan
kebangsaan. Pada akhirnya, dengan kekuatan karakter individu yang kuat
tersebut, bangsa Indonesia akan mampu melawan dan menghancurkan Proxy
War di Indonesia.
Mengakhiri ceramahnya, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
menegaskan, agar kita tidak menyerah terhadap semua ancaman, sebab kita
memiliki modal geografi dengan potensi menjadi negara agraris yang
berkelimpahan sumber daya alam. Sebagai negara maritim, kita memiliki sumber
daya alam kelautan yang melimpah. Jika kedua potensi tersebut dikelola dan
dikembangkan, maka akan menjadi daya tawar yang sangat besar bagi bangsa
Indonesia. “Di sisi lain, dengan modal demografi Pancasila dan kearifan lokal,
bangsa Indonesia dapat meraih kemerdekaan dan mampu melewati berbagai ancaman
yang mengganggu jalannya pembangunan,” pungkasnya.puspen/linda.





