Menko Maritim : Mau Gusur Susi, Hati-hati
https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/04/menko-maritim-mau-gusur-susi-hati-hati.html
Jakarta
(satunusantara) Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli
mengatakan, pihak yang merasa rugi, dan ingin gusur Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti, ia tegaskan hati-hati. Sebelum penenggelaman kapal illegal
fishing di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta.
Lebih lanjut Rizal
menegaskan, langkah yang diambil KKP sudah dijalur yang benar, dan setiap
kebijakan tentu menimbulkan pro dan kontra. Namun bila kebijakan yang diambil
itu merugikan pelaku penangkapan ilegal, pihaknya tak peduli. Baginya kepentingan
rakyat lebih besar daripada mereka yang merassa rugi dengan kebijakan KKP.
Menurutnya, sebelumnya
banyak kapal asing dibeking orang-orang
kuat di Indonesia, mencuri ikan kita dan merugikan negara hingga puluhan miliar
Dollar. Tetapi setelah Susi jadi Menteri, dia dengan ketetapan hati tidak peduli bekingnya siapa. Dia tangkap,
tenggelamkan dengan bantuan Angkatan Laut, Polisi dan Kejaksaan.
Diduga banyak pihak tak
senang dengan kebijakan Menteri Susi terutama beking dari kapal yang ditenggelamkan,
sebagian dari Mafia perikanan. Banyak kerugian mereka, dan menuntut Susi
digusur dari kabinet. Jika itu dilakukan masyarakat dirugikan, Indonesia butuh
orang yang berani melawan illegal fishing dan mafia.
Masalah dalam adjustment itu biasa, setiap ada
perubahan pasti ada masalah baru yang tercipta, perlu penyesuaian. Tapi itu
tidak masalah nanti dibenahi.
Cara membenahi, pemerintah
fokus dengan membantu nelayan agar memiliki peralatan. Perintah sedang memesan
t3500 kapal dalam 5 tahun. berukuran 30 GWT. Dan awak kapal sekitar 20-30 orang
sehingga nelayan atau koperasi nanti punya kapal ikan yang diberi sertifikat
sehingga jika butuh kredit untuk modal kerja atau melaut bisa dapat sebulan
kredit.
“Kita juga sedang
memperkenalkan supaya nelayan kita dapat asuransi BPJS. Biayanya hanya 18 ribu,
kurang dari harga sebungkus rokok. Tapi kalau ada apa-apa kelurganya dapat uang
lumayan. Kalau sakit di laut juga dirawat”, tandasnya.
Dampak dari kebijakan Susi,
ada dua yaitu, nelayan tradisional tangkapan ikannya lebih banyak dibandingkan
satu tahun atau satu setengah tahun lalu. “Saya di Sibolga tiga bulan lalu,
biasanya nelayan disitu hanya nangkap 200 Ton per hari. Saat saya berkunjung ke
sana mereka nangkap 400 Ton per hari. Dan itu terjadi dimana-mana. Memang di pulau
Jawa dampaknya tidak sebesar di Indonesia Timur dan di Sumatera”, kilahnya.
Nelayan tradisional
tangkapan ikannya lebih banyak, meski harganya turun, keuntungannya mendidik
masyarakat untuk gemar konsumsi ikan. Kandungan
protein ikan lebih banyak dan itu bagus untuk anak-anak, dan jauh dari resiko
kanker. Ketiga ikan itu sehat, bangsa yang doyan makan ikan postur tubuhnya bagus.
“Saya dari kecil di Jawa
Barat, di Bogor. Orang Bogor senangnya ikan asin malah. Padahal ikan asin itu
berbahaya buat kesehatan. Jadi kita mesti ajarin supaya makan ikan segar”
ujarnya.
Selain itu, menurutnya, negara
tetangga yang selama ini memiliki industri perikanan dengan bahan baku sebagian
dari ikan curian dari Indonesia sekarang hampir semua mengalami kesulitan. Banyak
industri perikannya yang bangkrut atau tutup. Tapi ini adalah momentum yang diciptakan
Susi. momentum untuk membangun industri perikanan indonesia. Karena selama ini
tangkap, curi, dan bawa ke luar. Sama dengan pengelolaan sumber daya alam
lainnya sedot lalu ekspor.
Nantinya, masyarakat lah
yang diuntungkan dengan adanya industri perikanan, Ikannya di processing,
tulangnya dibikin fish meal, kepalanya bisa bikin omega 3. karena itu,
pemerintah membuka kesempatan dan memberikan insentif bagi investor dalam
maupun luar negeri yang masuk ke dalam industri perikanan termasuk coldstorage.
Ini momentum untuk mengembangkan industri perikanan.
Selain upaya tadi untuk
menghajar, membakar, menangkap illegal fishing, pemerintah juga berupaya
mengambil langkah-langkah mensejahterakan nelayan. Pihaknya akan membuat
kampung nelayan. Indramayu dipilih sebagai pilot projectnya, yang hijau, bersih,
dan nyaman sehingga nelayan juga bisa hidup lebih baik. Di Gorontalo juga sudah
dilakukan.linda.





