Blok Masela, Bukan Sekedar Darat-Laut tapi Ubah Paradigma

https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/05/blok-masela-bukan-sekedar-darat-laut.html
Jakarta
(satunusantara) Pengelolaan blok Masela selama ini berputar
antara darat dan laut, namun menurut Menko Maritim dan Sumber Daya jika
berkutat soal itu sih kerdil. Tapi merubah paradigma pengelolaan sumber daya
alam dari yang sekedar sedot ekpor menjadi bagaimana mengembangkan industri petrokimia.
Lebih lanjut dikatakan, pada
dasarnya banyak kesalahpahaman perbedaan darat dan laut, sebetulnya bukan demikian.
1960-an akhir pendapatan perkapita Asia hanya 100 dolar AS perkapita, bahkan China
hanya 50 dolar. Tapi dalam waktu 50 tahun Korea melesat ke 35 ribu dolar perkapita
negara lain 15 ribu dolar perkapita dan kita catatan hanya USD3.500.
Kenapa hal itu bisa terjadi
hanya dalam kurun 50 tahun pendapatan perkapita melesat, menurutnya, ada dua
penyebabnya, negara yang tak punya sumber daya alam focus pada pengembangan sumber
daya manusia (SDM), yang akhirnya mampu mengubah bangsanya.
Kedua, pengelolaan sumber
alam dari sekedar sedot ekspor, harusnya kita lebih hebat dari negara Asia
lainnya. Paradigma selama ini tebang ekspor, tebang hutan ekpor log tidak bangun
industri, sedot ekspor tidak dibangun industri turunnya, smelternya dan
lainnya.sehingga nilai tambahnya tidak ada.
“Nah ini bukan sekedar darat
- laut, tapi perubahan paradigma di dalam pengelolaan sumber alam dari sekedar
sedor ekspot kita kembangankan industri yang terintegrasi yang punya nilai
tambah misalnya di dalam kasus Masela”, tandasnya.
Sebulan lalu Rizal sempat ke
Malaysia, dan ia merasa malu karena Malaysia yang sebelumnya belajar dari Indonesia
tahun 70-an kini lebih hebat dari Indonesia. Dimana industri petrokimia mereka pasokan
gas-nya 40 persen diimpor dari Indonesia, lalu hasil dari industri itu dijual
kembali ke Indonesia dengan nilai yang lebih tinggi dari harga impor gas.
Ia pun mencontohkan negara lain
yang maju berkat industri petrokimia yaitu Taiwan, salah satu negara industri petrokimia
nomer 3 di dunia namun tak memiliki lading gas sama sekali, bahan bakunya seluruhnya
diimpor dari negara lain termasuk dari Indonesia.
Menurutnya, hasil dari
indutri petrokimia itu antara lain, plastic, cat, farmasi, tekstil, pampers,
ban, karpet, alat rumah tangga, AC, dan 40 persen material untuk membangun satu
mobil.
Indonesia untuk mengimpor plastik
saja mengeluarkan dana Rp100 triliun pertahun, karena itu menurutnya hasil dari
blok abadi Masela sebagian besar harus digunakan sebagai bahan industri petrokimia
yang multiplier efeks,,, dan juga menampung ratusan ribu pekerja. Karena itu, sudah
saatnya kita merubah paradigma dalam mengelola sumber daya alam.linda.