Blok Masela, Bukan Sekedar Darat-Laut tapi Ubah Paradigma

Tertawalah selagi Gratis
video-shooting-dan-fotografi
Video Shooting & Fotografi
Mengabadikan Momen, Menceritakan Cerita — Solusi Profesional untuk Video Shooting & Fotografi Anda.
0813-1615-8974
Info Lengkap
Jakarta (satunusantara) Pengelolaan blok Masela selama ini berputar antara darat dan laut, namun menurut Menko Maritim dan Sumber Daya jika berkutat soal itu sih kerdil. Tapi merubah paradigma pengelolaan sumber daya alam dari yang sekedar sedot ekpor menjadi bagaimana mengembangkan industri petrokimia.

Lebih lanjut dikatakan, pada dasarnya banyak kesalahpahaman perbedaan darat dan laut, sebetulnya bukan demikian. 1960-an akhir pendapatan perkapita Asia hanya 100 dolar AS perkapita, bahkan China hanya 50 dolar. Tapi dalam waktu 50 tahun Korea melesat ke 35 ribu dolar perkapita negara lain 15 ribu dolar perkapita dan kita catatan hanya USD3.500.

Kenapa hal itu bisa terjadi hanya dalam kurun 50 tahun pendapatan perkapita melesat, menurutnya, ada dua penyebabnya, negara yang tak punya sumber daya alam focus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM), yang akhirnya mampu mengubah bangsanya.


Kedua, pengelolaan sumber alam dari sekedar sedot ekspor, harusnya kita lebih hebat dari negara Asia lainnya. Paradigma selama ini tebang ekspor, tebang hutan ekpor log tidak bangun industri, sedot ekspor tidak dibangun industri turunnya, smelternya dan lainnya.sehingga nilai tambahnya tidak ada.

“Nah ini bukan sekedar darat - laut, tapi perubahan paradigma di dalam pengelolaan sumber alam dari sekedar sedor ekspot kita kembangankan industri yang terintegrasi yang punya nilai tambah misalnya di dalam kasus Masela”, tandasnya.

Sebulan lalu Rizal sempat ke Malaysia, dan ia merasa malu karena Malaysia yang sebelumnya belajar dari Indonesia tahun 70-an kini lebih hebat dari Indonesia. Dimana industri petrokimia mereka pasokan gas-nya 40 persen diimpor dari Indonesia, lalu hasil dari industri itu dijual kembali ke Indonesia dengan nilai yang lebih tinggi  dari harga impor gas.

Ia pun mencontohkan negara lain yang maju berkat industri petrokimia yaitu Taiwan, salah satu negara industri petrokimia nomer 3 di dunia namun tak memiliki lading gas sama sekali, bahan bakunya seluruhnya diimpor dari negara lain termasuk dari Indonesia.

Menurutnya, hasil dari indutri petrokimia itu antara lain, plastic, cat, farmasi, tekstil, pampers, ban, karpet, alat rumah tangga, AC, dan 40 persen material untuk membangun satu mobil.


Indonesia untuk mengimpor plastik saja mengeluarkan dana Rp100 triliun pertahun, karena itu menurutnya hasil dari blok abadi Masela sebagian besar harus digunakan sebagai bahan industri petrokimia yang multiplier efeks,,, dan juga menampung ratusan ribu pekerja. Karena itu, sudah saatnya kita merubah paradigma dalam mengelola sumber daya alam.linda.

Konsultan HRD

Related

News 2546912370208854199

Post a Comment

emo-but-icon

item