Pensiun di Militer, Tak Pensiun Jadi Seniman

https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/04/pensiun-di-militer-tak-pensiun-jadi.html
Jakarta
(satunusantara) Pameran bertajuk International Art
Exhibition “Reborn” alumni Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI/SMSR) Yogyakarta
di Galeri Nasional. Akbar Linggaprana salah satu seniman yang ikut memamerkan
karyanya mengatakan, menjadi seniman itu tidak pernah pensiun, pesan seorang maestro
patung Indonesia untuk dirinya saat menerima panggilan wajib militer.
Pesan itulah yang terus diingat
purnawirawan TNI AU dengan pangkat terakhir Marsekal Pertama itu, ia pun tetap
menyempatkan diri melukis meski harus membagi waktu.
“Meski masih dalam dinas di
militer saya masih mencoba meluangkan waktu berkarya, ini adalah dukungan teman-teman
(pameran-red) yang mengajak saya. Memang
satu tahun sekali saya belum tentu berkarya kadang saya hars menghitung waktu,
besok saya harus ngantor, besok harus apel pagi”, tandasnya.
Ada rasa cemburu Lingga menyangkut
waktu yang bisa dimanfaatkan seniman lain dalam berkarya, menurutnya, seniman
lain bisa sampai pagi melukis, tapi dirinya harus membatasi waktu dan tak
seleluasa seniman lain. Maka bila seniman yang tak berdinas di militer bisa
mempunyai ratusan karya, dia hanya punya sekitar belasan karya hingga kini.
Dari sekian karya miliknya,
empat hasil kreasinya ikut dipamerankan di International Art Exhibition “Reborn”.
Ada empat tema yang dia angkat yaitu pemanasan global atau perubahan iklim,
masalah keperawanan, latihan menggambar, dan transformasi kekuasaan.
Secara kebetulan pameran itu
tak menentukan tema, namun membebaskan masing-masing seniman mengangkat tema
yang diinginkan. Dikatakan, tema pemanasan global adalah cara dia mengingatkan
masyarakat pentingnya peduli lingkungan yang ia terjemahkan dalam lukisan seseorang
yang tengah memangku bayi yang menggunakan masker dengan latar belakang asap dari
kebakaran hutan.
Lalu tema kedua yang ia
angkat adalah masalah keperawanan yang juga merupakan problem sosial. “Kalau zaman
dulu massalah perawan sangat dijunjung tinggi para wanita, dengan adanya
kemajuan teknologi ada kemungkinan pergaulan bebas sehingga masalah keperawanan
sudah tidak begitu dikhawatirkan lagi” paparnya.
Karya Lingga lebih banyak
bertema sosial, salah satu karyanya ia buat pada tahun 1998 dimana pada saat itu
presiden Soeharto mengundurkan diri. Bukan
sosoknya yang ia ingin angkat tapi efek dari itu, dimana menurutnya setiap ada
perubahan kekuasaan pasti ada akibat dan korban dari perubahan itu.linda.