Bantu 101 Penderita Katarak, Gunakan Teknik Baru
https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/03/bantu-101-penderita-katarak-gunakan.html
Jakarta
(satunusantara) “Perih, seperti ada yang ngeganjel”, itulah
sepenggal kalimat yang diucapkan seroang penderita katarak usai dioperasi. Dia adalah
veteran saat konfrontasi dengan Malaysia, merupakan satu dari 101 penderita
katarak secara gratis berkat bantuan PTTEP dan Dompet Duafa.
Sebelum dioperasi,
menurutnya, keadaan matanya baik-baik saja dan dia tak merasa ada yang aneh
dengan pengeliatannya. Namun saat sukarelawan perang itu melakukan check-up
guna memeriksa kesehatannya, dokter mengatakan bahwa indera pengeliatannya
terdapat kabut tipis (katarak) yang bisa menyebabkan kebutaan.
Saat diberi informasi
tersebut, Siti tak menanggapi dengan serius perihal pengelihatannya, karena ia merasa
selama ini bola matanya baik-baik saja dan pengeliatannya pun masih bisa
melihat dengan sempurna.
Namun beberapa waktu setelah
dia melakukan kontrol kesehatan, ada yang menawari untuk operasi. Karena masalah
biaya, dia tak juga mau katarak di bola matanya dibersihkan. Akhirnya saat
wadah para veteran menawari, akhirnya ia mau dioperasi itupun karena banyak
dari legiun veteran yang dipoerasi.
Usai pembedahan, Siti terduduk
lesu mungkin menahan sakit setelah matanya dioperasi menggunakan teknik terbaru
yaitu Phaco Emulsifikasi, orang awam menyebutnya teknik laser. Hanya kata, “perih,
ngeganjel” yang ia ucapkan saat ditanyakan bagaimana kondisi matanya.
Sementara dr. Nasrudin yang
melakukan operasi mengatakan, teknik saat ini beda dengan dahulu, dibuka, dikeluarkan,
lalu dijahit. Dengan teknik baru si penderita tak perlu dijahit, karena katarak
dihancurkan di dalam mata, sehingga lukanya kecil dan operasi cepat hanya
membutuhkan waktu tak lebih dari 10 menit.
Menurutnya, lensa mata jika
usia kita masih tergolong muda (20-30 tahun) itu cair dan bisa mengembang.,
cembung jadi cekung sesuai arah yang akan kita lihat. Seiring dengan waktu lensa
mengalami denaturilisasi, seperti telur jika kena air panas dia akan mengeras
yang sebelumnya berbentuk cair. “Penyebabnya pertama usia, kedua tinggal di
daearh tropis, sinar ultra violet bisa menyebabkan katarak”, tambahnya.
Karena operasi dengan teknik
baru lebih singkat waktunya, maka penyembuhannya akan cepat pula. Sebetulnya ada
pantangan bagi mereka yang telah menjalani operasi katarak, yaitu mata tak
boleh terkena air dan posisi sujud yang terlalu lama.
Operasi 101 penderita
katarak di lakukan di Rumah Sehat Terpadu (RST), ini merupakan rumahsakit yang didirikan lewat zakat, infaq
dan sedekah. Menurut Sidik, namanya rumah sehat terpadu karena bentuk doa kita pada
kaum duafa yang datang. Saat mereka datang, bukan hanya disembuhkan penyakitnya
tapi juga termotivasi untuk sehat kembali.
RST sendiri sudah lumyan
lengkap, untuk pelayanannya dari operasi besar hingga operasi kecil. Selain pengobatan konvensional,
mereka juga menyediakan pengobatan herbal, dan terapi. Jadi menurutnya, RST
tidak hanya memberikan obat konvesional tapi juga dalam bentuk herbal-herbalnya.
“PTTEP sendiri menyumbang
cukup besar, dari bangunan, operasional mereka back up. Ini pertama kali kita
kerjasama dengan perusahaan besar yang memberikan bangunan dan operasional
slama 5 tahun kedepan”, tandasnya.
Dikatakan, RST adalah
rumahsakit yang sesungguhnya untuk kaum duafa, BPJS satu kartu untuk satu orang,
kalau RST satu kartu untuk satu kluarga. Namun tentunya harus melalui screanning
yang mendalam, dan kriteria yang benar-benar dia adalah penerima manfaat dari
dana zakat.linda.





