Rizal Ramli: Pemerintah Kembangkan Blok Masela dengan Bangun Kilang LNG di Darat

https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/02/rizal-ramli-pemerintah-kembangkan-blok.html
Jakarta (satunusantara) Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya DR.
Rizal Ramli menyatakan, pemerintah Indonesia akan mengembangkan lapangan abadi
blok Masela dengan skenario pembangunan kilang LNG di darat (on shore).
“Keputusan
itu diambil setelah dilakukan pembahasan secara menyeluruh dan hati-hati,
dengan memperhatikan masukan dari banyak pihak. Pertimbangannya, pemerintah
sangat memperhatikan multiplier effects serta percepatan pembangunan ekonomi
Maluku khususnya, dan Indonesia Timur pada umumnya,” ujar Rizal Ramli.
Dalam
berbagai kesempatan Presiden Joko Widodo selalu memberi arahan, bahwa
Presiden ingin melaksanakan konstitusi
dengan konsekuen. Terkait pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, Presiden Jokowi juga berkali-kali
menegaskan, pemanfaatan ladang gas abadi Masela tidak sekadar sebagai penghasil
devisa, tetapi juga harus menjadi motor percepatan pembangunan ekonomi Maluku
dan Indonesia Timur.
Berdasarkan
kajian Kemenko Maritim dan Sumber Daya, biaya pembagunan kilang darat (onshore)
sekitar US$16 miliar. Sedangkan jika dibangun kilang apung di laut (ofshore),
biayanya mencapai US$22 miliar. Dengan demikian, kilang di darat US$6 miliar lebih murah dibandingkan dengan
kilang di laut.
Angka
ini sangat berbeda dengan perkiraan biaya dari Inpex dan Shell. Mereka
menyatakan, pembangunan kilang ofshore hanya US$14,8 miliar. Sedangkan
pembangunan kilang di darat, mencapai US$19,3 miliar.
“Inpex
dan Shell telah membesar-besarkan biaya pembangunan kilang di darat.
Sebaliknya, mereka justru mengecilkan biaya pembangunan di laut. Untuk
memastikan kebenarannya, kita tantang mereka. Jika ternyata biaya pembangunan
di laut membengkak melebihi $14,8 milyar, maka Inpex dan Shell harus bertanggungjawab
membiayai kebihanannya, tidak boleh lagi dibebankan kepada cost recovery.
Faktanya Inpex tidak berani. Ini menunjukkan mereka sendiri tidak yakin dengan
perkiraan biaya yang mereka buat,” papar Rizal Ramli.
Dalam
kaitan ini, Pemerintah Indonesia memang bersikap hati-hati. Pemerintah juga
belajar dari pengalaman pembangunan kilang ofshore di Prelude, Australia, yang
mengalami keterlambatan dan pembengkakan biaya cukup besar. Prelude telah
menghabiskan biaya $12,6 milyar. Padahal kapasitasnya hanya 3,6 juta ton/tahun,
48% dari Kapasitas Masela (7,5 juta ton/tahun).linda.