Inovasi Teknologi Sebagai Solusi Tantangan Energi di Tengah Dinamika Ekonomi

Tertawalah selagi Gratis
video-shooting-dan-fotografi
Video Shooting & Fotografi
Mengabadikan Momen, Menceritakan Cerita — Solusi Profesional untuk Video Shooting & Fotografi Anda.
0813-1615-8974
Info Lengkap
Jakarta (satunusantara) PT Shell Indonesia menyelenggarakan Shell Indonesia Technology Conference 2016 yang  berlangsung pada 17 – 18 Februari 2016 di Jakarta.  Acara yang dibuka oleh Menteri Perindustrian Saleh Husin, bertema  “Performing in a Challenging Economy through Technology Leadership”.

Pertemuan itu untuk memberikan gambaran mengenai berbagai kemajuan dan kepemimpinan Shell di bidang teknologi yang mampu mengatasi tantangan energi global termasuk di Indonesia melalui perencanaan skenario. Forum in idihadiri oleh 150 peserta yang terdiri dari para pimpinan perusahaan terkemuka Indonesia dan juga para manajer dari berbagai industri.

Seperti kita ketahui,krisis ekonomi makro yang berkepanjangan telah menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang memicu terjadinya pergolakan politik dan meningkatnya tekanan sosial. Krisis juga telah memicu perpindahan kekuatan politik dan ekonomi dari barat ke timur serta menyebabkan perubahan dalam relasi berbagai institusi di dunia seperti G20 dan ASEAN.  Tekanan juga terjadi pada sumber makanan, air dan energi dunia. Meningkatnya populasi dunia dan urbanisasi adalah faktor utama yang memberi tekanan kepada sumber energi di dunia.


Dian Andyasuri, Director of Lubricant, Shell  Indonesia mengatakan, “Forum ini akan membantu pebisnis untuk memahami bagaimana tantangan energi yang dihadapi dunia termasuk Indonesia dan mengetahui kepemimpinan Shell dalamTeknologi di bidang energy termasuk pelumas yang dapat meningkatkan kinerja bisnis. Selain itu, forum ini juga akan memberikan gambaran mengenai bagaimana perencanaan skenario Shell dapat membantu memberikan berbagai solusi energi yang berbeda untuk setiap negara dengan cara dan waktu yang berbeda.”

Sementara itu, Menteri Perindustrian RI Saleh Husin mengatakan bahwa, “Kami menyambut baik inisiatif pihak Shell Lubricants Indonesia yang menyelenggarakan forum dialog ini sebagai ajang berbagi informasi mengenai kemajuan teknologi di bidang energi agar kita bersama-sama dapat menghadapi tantangan energi masa depan.”

Kolaborasi Shell dengan beberapa pelanggan telahterbuktimemberikan hasil yang positif berupa penghematan biaya operasional.Dr. Andrew Hepher, Vice President, Shell Global Commercial Technology dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa Shell tidak hanya menawarkan produk namun juga memberi layanan teknis yang akan membantu pelanggan mendapatkan semua yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja bisnisnya. Mulai dari survey tentang kebutuhan industri, memberi rekomendasi produk yang terbaik, memantau kinerja melalui data riil dan akhirnya membuat rekomendasi untuk meningkatkan kinerja bisnis pelanggan.

Shell New Lens Scenarios

 Pada tahun 2050 mendatang, populasi dunia diperkirakan akan mencapai 9 miliar atau naik dari 6,7 miliar saat ini. Sedangkan urbanisasi akan membawa  75% orang tinggal di kota pada tahun 2050, naik dari angka 2014 yang hanya 50% saja. Kondisi ini akan menyebabkan kebutuhan energi naik sebesar 3 kali lipat dari sekarang, sehingga diperkirakan akan menyebabkan kelangkaan energi. Padahal saat ini, ada 3 miliar orang yang tidak memiliki akses pada sumber energi modern.

Di sisi lain, dunia juga tengah berupaya keras untuk mengurangi emisi karbon CO2. Sehingga tantangan dunia ke depan bukan hanya menyediakan sumber energi yang lebih besar tetapi juga menyiapkan energi yang rendah karbon.  Shell sebagai produsen minyak dan gas terkemuka dunia  sejak lama telah bersiap untuk menghadapi ketidakpastian dan sejumlah tantangan energi global ini dengan menyiapkan sebuah model energi dunia. Model energi dunia ini digunakan untuk memahami  perubahan dunia di masa mendatang dan digunakan Shell untuk menciptakan skenario yang akan membantu memahami  bagaimana dampak tantangan ini bagi masa depan dunia.  


Skenario energi Shell dibuat dengan mempertimbangkan berbagai tren dan asumsi atas keadaan politik, ekonomi, sosial dan lingkungan yang telah diteliti secara mendalam. Ada dua skenario besar yang telah dibuat Shell yaitu Mountains Scenario dan Oceans Scenario.Melalui  dua skenario ini, Shell melihat ada begitu banyak solusi energi yang berbeda untuk setiap negara dengan cara dan waktu yang berbeda.

Pada Mountains Scenario, kekuasaan masih terletak di tangan segelintir elite politik dan ekonomi, maka kebijakan yang dihasilkan bersifat dari atas ke bawah dan menempatkan gas sebagai tulang punggung sistem energi dunia pada 2030 mendatang.  Sementara pada Oceans Scenario, kekuasaan muncul sangat jauh dari pusat pemerintah dan elit, maka kondisi ini memicu  pertumbuhan ekonomi dan inovasi. Di sisi lain, kondisi ini memperlambat konsensus pembangunan di beberapa area. Pengembangan infrastruktur gas sangat lambat sementara peran minyak dan batubara lebih besar sebagai sumber energi sehingga berdampak pada lambatnya proses pengurangan emisi CO2.

Tantangan Energi Lokal

Asean Center for Energy mencatat bahwa Indonesia menjadi negara yang terbesar dalam kebutuhan energi di Asia Tenggara yaitu sebesar 44% dari total kebutuhan energi di kawasan ini. Disusul Malaysia dan Thailand yang masing-masing sebesar 23% dan 20%. Energi fosil diperkirakan akan mendominasi permintaan energi di kawasan ini yaitu sebesar 80%pada 2030 atau naik dari 76% pada 2011. Sektor industri akan mendominasi pertumbuhan permintaan ini dengan kenaikan sebesar 2,7%per tahun hingga 2035 mendatang. 

Sementara itu, Dewan Energi Nasional (DEN)menyebutkanbahwa total kebutuhan energi nasional  Indonesia akan mencapai 2,41 juta SBM (Setara Barel Minyak) pada tahun 2025 mendatang. Jumlah ini naik sekitar 84% dari total kebutuhan energi nasional pada 2013 yang hanya mencapai 1,243 juta SBM. Saat ini, permintaan energi di Indonesia masih didominasi oleh energi fosil. Pada 2013, energi fosil menyumbang 94.6 persen dari total kebutuhan/konsumsi energi yaitu sebesar1.357 juta SBM. Sisanya, 5,5 persen dipenuhi dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Dari jumlah tersebut, minyak menyumbang 44,0%, gas alam 21,9%, dan batubara 28,7%.

Sementara itu, hasil ekplorasi minyak di Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan energi nasional. Pada 2013, total konsumsi minyak nasional mencapai 425 juta barel terdiri dari minyak mentah (crude oil). Dari jumlah tersebut, sebesar 352 juta barel (233 juta barel dalam bentuk bahan bakar minyak/BBM)   yang dipasok dari kilang minyak di dalam negeri. Sisanya, sebesar 192 juta barel diimpor dalam bentuk minyak mentah dan produk BBM. Kondisi ini disebabkan turunnya produksi dan terbatasnya kapasitas kilang di dalam negeri.

Sektor transportasi khususnya angkutan jalan baik itu angkutan pribadi, umum (bis, kereta api), barang maupun sepeda motor diketahui menyedot hampir 88% dari pasokan BBM nasional, baik BBM bersubsidi maupun non subsidi. Jenis BBM yang paling banyak digunakan pada sektor ini adalah bensin dan solar.linda.  

Konsultan HRD

Related

News 2422330318193822776

Post a Comment

emo-but-icon

item