CPOPC Protes Pajak Progresif Minyak Sawit

https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/02/cpopc-protes-pajak-progresif-minyak.html
Jakarta (satunusantara) Menteri Kordinator
Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli
selaku dewan pengarah Negara-negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil
Producing Countries/CPOPC) memprotes pajak progresif minyak sawit yang akan diterap Perancis tahun
depan. Menurutnya sama saja ‘membunuh’ 19 juta pekerja di sektor tersebut.
Hal
itu disampaikan saat pertemuan dengan delagasi Malaysia sebagai tindaklanjut
pembentukan CPOPC, dimana kedua negara sepakat mengangkat direktur eksekutif
dari kedua belah pihak. Pihak Malaysia dipimpin Menteri Perusahaan Perladangan
dan Komoditi Datuk Amar Douglas Uggah Embas bertemu dengan pemerintah Indonesia
di kantor Menko Maritim di gedung BPPT, Jakarta.
Usai
pertemuan Menko Maritim mengatakan, diskriminasi Prancis melanggar aturan WTO
dan dengan sengaja ingin membunuh sektor minyak sawit. Bila hal itu benar diterapkan
tahun depan, minyak sawit akan dikenakan pajak sebesar 300 euro atau sekitar
US$ 420 per ton. Sementara harga minyak sawit hanya sekitar US$ 550 per ton.
“Prancis seharusnya menyadari bahwa ada 19,5 juta lapangan kerja di sektor ini,
2 juta di antaranya smallholders”, tambahnya.
Menurutnya,
CPOPC bisa memaklumi upaya Prancis yang ingin melindungi minyak nabati lainnya,
seperti minyak kedelai. Namun dengan mengenakan pajak tinggi atas minyak sawit
bukanlah kebijakan yang logis.
"Apalagi,
katanya nanti pajak itu akan digunakan untuk dana social security system di
Prancis. Ini bertentangan dengan nilai-nilai Prancis yang katanya humanis dan
egaliter, tapi ingin menghancurkan 19,5 juta lapangan kerja” bantahnya.
selama
ini ada yang menyebarkan presepsi negatif bahwa palm oil atau CPO adalah sumber
dari kerusakan lingkungan dan ini tidak benar, yang terjadi malah sebaliknya. Kalau
kita lebih banyak menggunakan bio disel sebagai
sumber energy, kita membantu dunia mengurangi emisi carbon membantu supaya tidak
terjadi perubahan cuaca.
Dalam
waktu dekat pihaknya akan menguji dengan
negara ASEAN lainnya, paling tidak dengan standar G5, dan juga negara konsumen terpenting
yaitu China dan India. Mereka akan segera dialog dan segera negara-negara itu akan
memulai apakah G5 atau G10. Karena semua negara komit dengan kesepakatan di
Paris tentang perubahan cuaca, bahwa meraka akan menurunkan emisi carbon. Dan
cara mengurangi emisi carbon dengan menggunakan lebih banyak bio fuel dicampur
dengan solar atau lain.
“Kalau
kita negara ASEAN punya kepentingan dan komit mengurangi emisi carbon, China
dan India juga hadir dipertemuan di Paris ini merupakan langkah yang tepat
bahwa palm oil itu bagian dari solusi”, pungkasnya.
Sementara
itu, Datuk Amar mengungkapkan, Malaysia dan Indonesia sepakat memprotes rencana
Prancis yang bakal menerapkan pajak tinggi atas minyak sawit. Karena itu ia
berjanji akan berkomunikasi dengan para mitra, menyampaikan respon atas
kebijakan yang tidak menyenangkan ini. Kebijakan pajak itu sangat tidak adil
dan melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan bertujuan untuk
menghancurkan sektor minyak sawit.
Secara
tegas dia mengatakan, CPOPC akan menyampaikan protes dan berharap Prancis bisa
memperhatikan ketidaksukaan Indonesia dan Malaysia secara serius. Karena besar dampaknya
terhadap industri kalau pajak itu diterapkan. Kebijakan itu bisa menghancurkan
hubungan yang selama ini sudah terjalin baik.linda.