BMKG Lakukan Kajian di Wilayah Marine Continent
https://satunusantaranews.blogspot.com/2015/11/bmkg-lakukan-kajian-di-wilayah-marine.html
Jakarta (Satu
Nusantara)-Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
mengkoodinasikan penelti dari BPPT, KKP, LAPAN, LIPI, BIG, P3GL, Kemenristek
Dikti, Kemenkomar, dan Perguruan Tinggi, serta peneliti asing dari 14 negara,
untuk melakukan kajian di wilayah Marine
Continent meliputi darat, laut, dan udara.
Kajian ini dilakukan untuk menyikapi kompleksnya variasi cuaca yang terjadi di Benua Maritim Indonesia (BMI). Dan hal itu membuat Global Climate Model (GCM) dan Numerical Weather Prediction (NWP) di wilayah Indonesia dianggap kurang maksimal untuk menggambarkan variabilitas cuaca dan iklim yang ada.
Kajian ini dilakukan untuk menyikapi kompleksnya variasi cuaca yang terjadi di Benua Maritim Indonesia (BMI). Dan hal itu membuat Global Climate Model (GCM) dan Numerical Weather Prediction (NWP) di wilayah Indonesia dianggap kurang maksimal untuk menggambarkan variabilitas cuaca dan iklim yang ada.
Untuk diketahui, Benua Maritim Indonesia (BMI) merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia yang terletak pada posisi strategis, diapit oleh dua benua
(Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). Dan dilalui oleh
garis khatulistiwa (ekuator). Posisi itu menjadikan BMI sebagai generator cuaca
untuk wilayah belahan bumi Utara maupun Selatan
Menurut Kepala BMKG Andi Eka Sakya, kegiatan penelitian yang melibatkan peneliti dari berbagai lembaga seperti BPPT, LIPI, LAPAN, serta peneliti asing, dimaksudkan untuk meningkatkan prakiraan cuaca di wilayah BMI.
Menurut Kepala BMKG Andi Eka Sakya, kegiatan penelitian yang melibatkan peneliti dari berbagai lembaga seperti BPPT, LIPI, LAPAN, serta peneliti asing, dimaksudkan untuk meningkatkan prakiraan cuaca di wilayah BMI.
"Dalam kegiatan ini BMKG bertindak sebagai koodinator. Kegiatan ini
diikuti oleh 11 negara," ujar Andi saat jumpa pers yang juga diikuti
peneliti dari BPPT, LIPI, LAPAN, dan peneliti asing, di gedung BMKG, Kemayoran,
Jakarta, Selasa (24/11/2015).
Peneliti BPPT menyatakan banyak manfaat dari kegiatan penelitian ini. Manfaat, sambungnya, yang diperoleh antara lain, dapat memahami interaksi iklim dari bisnis maritim. Lalu dari segi capacity building untuk sumber daya manusia (SDM).
Peneliti BPPT menyatakan banyak manfaat dari kegiatan penelitian ini. Manfaat, sambungnya, yang diperoleh antara lain, dapat memahami interaksi iklim dari bisnis maritim. Lalu dari segi capacity building untuk sumber daya manusia (SDM).
"Kemudian membantu dari segi prakiraan untuk peringatan dini berbasis
risiko," ujarnya seraya menambahkan, kegiatan ini bisa dijadikan agenda
penelitian nasional.
Peneliti dari LAPAN, Halim, menambahkan, pihaknya mengupayakan peswat untuk dijadikan laboratorium terbang nasional. "Ini untuk kepentingan nasional," tandasnya.
Peneliti dari LAPAN, Halim, menambahkan, pihaknya mengupayakan peswat untuk dijadikan laboratorium terbang nasional. "Ini untuk kepentingan nasional," tandasnya.
Sementara, peneliti asing yang terlibat dalam kegiatan ini mengungkapkan, ke-11
negara maritim yang mengikuti kegiatan penelitian harus pro aktif.
"Kegiatan ini tidak berhasil bila tidak ada keaktipan dari negara
maritim itu," tukasnya.
Dia melanjutkan, alasan utama dilakukan penelitian di wilayah BMI karena benua maritim menjadi pusat atmosfir dunia. (Wan)
Dia melanjutkan, alasan utama dilakukan penelitian di wilayah BMI karena benua maritim menjadi pusat atmosfir dunia. (Wan)







