Agatha Virdhi Saputra: Mulailah Meningkatkan Kualitas Hidup
https://satunusantaranews.blogspot.com/2015/11/agatha-virdhi-saputra-mulailah.html
Jakarta (Satu Nusantara)–Maraknya
zat pengawet di bahan makanan membuat kita prihatin. Betapa tidak, efek zat
pengawet bisa menimbulkan penyakit cukup berbahaya.
Agatha Virdhi Saputra. S.Pd, seorang yang
memiliki kompetensi di bidang bioteknologi pangan menyatakan, untuk menjaga kualitas hidup pola makan harus dijaga. Menurutnya, masyarakat
banyak yang kurang menyadari, bahkan tidak tahu sodium glutamat atau MSG ini.
Produsen makanan industri kebanyakan menggunakan MSG sebagai penguat cita rasa
produknya. Karena zat ini mampu menyeimbangkan, menyatukan, dan menyempurnakan
cita rasa makanan. “Namun di balik itu, mengandung banyak zat kimia yang
membahayakan kesehatan,” urainya.
Peraih penghargaan Juara 1 Kategori
Jasa Boga LombaWirausaha Muda Pemula Berprestasi Tingkat Nasional 2015 dari
Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora
itu mengungkapkan, pola makan masyarakat belakangan ini semakin bertumpu pada
makanan modern yang mengandung pengawet dan penyedap berbahan zat kimia. Inilah
salah satu yang menjadi keprihatinannya
“Mulailah meningkatkan kualitas
hidup Anda. Hargai hidup Anda. Berikan
makanan terbaik untuk tubuh setiap hari,” cetusnya.
Usaha penyedap tanpa MSG.
Bertitik tolak dari hal itu, Agatha terdorong untuk membuat usaha di bidang
bioteknologi pangan. Fokus usaha yang dikembangkan wirausaha muda binaan
Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Deputi Bidang Pengembangan Pemuda
Kementerian Pemuda Dan Olahraga itu di bidang bioteknologi pangan membuat
penyedap masakan berbahan baku Jamur tanpa MSG (Monosodium Glutamat).
Usaha yang didirikan dengan label CV.
Agatha Pratama ini sudah berjalan sejak 2014. Usaha yang beralamat di kediaman sekaligus tempat usahanya
(Workshop dan Pemasaran), di Griya Mangli AJ 9 Jember Jawa Timur itu kini sudah mempekerjakan puluhan karyawan.
Dengan nilai investasi awal sebesar Rp.35
juta, dalam kurun waktu satu tahun usahawan muda kelahiran Jember, 28 Agustus
1989 ini, kini telah memiliki aset berjalan tak kurang dari Rp113 juta, dengan
omset per bulan rata-rata Rp.19 hingga
Rp.25 juta . Agatha mengakui, dirinya mengalami jatuh bangun dalam merintis
usaha. “Bahkan hampir bangkrut karena minimnya pengetahuan dalam hal pemasaran
produk,” ungkapnya.
Awalnya Agatha melihat peluang
berbisnis di jamur. Produk yang dikemas Agatha merupakan inovasi terbaru dari
industri pasca panen jamur tiram. “Selama ini jamur tiram hanya digunakan
menjadi makanan siap saji. Melihat tren dunia yang sedang dalam pengembangan
makanan sehat (healthy food), maka saya memutuskan membuat produk penyedap
masakan dengan bahan baku jamur non MSG ini,” kisahnya.
Untuk memenuhi kebutuhan produksi,
Agatha bekerjasama dengan para petani budi daya jamur. Para petani
menjual hasil budi daya jamur tiramnya kepada Agatha dengan harga kompetitif.
“Secara tidak langsung, selain menjaga kapasitas produk, saya juga membantu
para petani. Apalagi karena permainan tengkulak harga jamur sering fluktuatif
dan tak jarang merugikan petani,” urainya.
Pemenang
lomba wirausaha muda
Perjuangan dan kerja kerasnya tidaklah
sia-sia, Selain memperoleh keberhasilan di usahanya, Agatha juga meraih
penghargaan sebagai wirausaha muda sukses.
Belum lama ini, Agatha terpilih
sebagai pemenang Lomba Wirausaha Muda
Pemula 2015, yang diadakan Kemenpora. Dia pun menerima hadiah sebesar Rp.50
juta. Kemenangan yang diraih itu membuat spirit baru bagi Agatha dalam mengembangkan usahanya.
Dia pun berharap pemerintah pusat
maupun daerah dapat lebih memperhatikan para wirausaha muda seperti dirinya,
yang sering menghadapi tantangan, salah satunya dalam hal permodalan.
Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda,
Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga, Drs.
Ponijan, M.Pd, yang turut hadir di acara penyerahan hadiah lomba,
menegaskan, “Usaha ini harusnya menjadi motivasi bagi lahirnya pemuda
mandiri berjiwa wirausaha. Sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
perekonomian nasional dan penggerak ekonomi di daerah. Keterlibatan pemuda
bukan tidak mungkin menjadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia di kancah
dunia, seperti yang telah diramalkan banyak lembaga nasional maupun
internasional.” (Wan)







