Menunggu Godot, Sembilan Srikandi Pansel KPK

Tertawalah selagi Gratis
video-shooting-dan-fotografi
Video Shooting & Fotografi
Mengabadikan Momen, Menceritakan Cerita — Solusi Profesional untuk Video Shooting & Fotografi Anda.
0813-1615-8974
Info Lengkap
Jakarta (Satu Nusantara)- Ini pertama kalinya  Panitia seleksi (pansel) calon pemimpin (capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ditunjuk Presiden Jokowi seluruhnya adalah perempuan. Media menyebut mereka “sembilan Srikandi”.  Abdullah Hehamahua, mantan penasihat KPK, misalnya menyebut keputusan Jokowi adalah awal kehancuran dan kiamat sudah dekat.

“Sembilan Srikandi” itu adalah Destry Damayanti, ahli ekonomi dan keuangan, Chief Economist Bank Mandiri. Kedua, Enny Nurbaningsih, Ketua Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Kemenhukham dan dosen Hukum Tata Negara UGM. Ketiga, Profesor Dr Harkristuti Harkrisnowo, Ketua Badan Pengembangan SDM Kemenhukham, mantan Dirjen Administrasi Hukum Kemenhukham, serta dosen Hukum Pidana dan HAM FH UI. Keempat, Ir Betti S Alisjahbana, mantan General Manager IBM ASEAN dan Asia Selatan, Ketua MWA ITB.


Kelima, Dr Yenti Garnasih, ahli hukum pidana ekonomi dan pencucian uang, dosen FH Universitas Trisakti. Keenam, Supra Wimbarti, ahli psikologi SDM dan pendidikan, Dekan Fakultas Psikologi UGM. 

Ketujuh, Natalia Subagyo, ahli tata kelola pemerintahan, Sekretaris Tim Independen Reformasi Birokrasi Kemenpan-RB. Kedelapan, Diani Sadiawati, Direktur Analisis Perundang-undangan Bappenas. Dan Kesembilan, Meuthia Ganie Rochman, ahli sosiologi korupsi dan modal sosial, dosen FISIP UI.

"Dalam mitologi Jawa, serba sembilan itu justru tidak baik," kata Permadi.  Menurut Permadi, mitologi Cina memang menganggap angka 9 sebagai angka baik. Namun, angka 9 justru berbalikan dengan kepercayaan tersebut. "Angka sembilan berarti dipengaruhi Betoro Durgo, pembawa bencana," ujar dia.

Sementara Kavita A Sharma dalam bukunya, The Queens of Mahabharata (2006), mengulas para perempuan dalam epik Mahabharata yang ternyata adalah para perempuan tangguh di tengah masyarakat patriarki. Para perempuan tersebut antara lain Satyawati, Amba, Gandari, Kunti, Drupadi, Ulupi, Citrangada, dan Alli. Menurut Kavita, mereka adalah para perempuan yang cerdas, cantik, dan jika diperlukan bisa berbalik membangkang, licik, dan kejam.

Kavita menyebutkan, Kunti dan Drupadi adalah perempuan yang punya karakter paling tegas. Reputasi Satyawati juga tak kalah menonjol. Para laki-laki dalam Mahabharata, tutur Kavita, berpikir bahwa mereka mengendalikan perempuan. Mereka mencoba mengikat perempuan dengan berbagai nilai moral dan mengancam mereka dengan ganjaran dan hukuman yang mengerikan atas setiap pelanggaran.

Meski begitu, para perempuan tahu bagaimana cara hidup di dunia yang didominasi laki-laki. Mereka menumbangkan hegemoni laki-laki, membalik struktur kekuasaan de jure untuk merebut kekuasaan de facto di tangan mereka. Berkali-kali, Kunti dan Drupadi memaksa para laki-laki untuk bertindak dan mengambil keputusan-keputusan penting pada saat-saat genting.

Kata-kata dan tindakan perempuan menjadi kekuatan pendorong di balik perilaku para laki-laki. Mereka terus-menerus melakukan campur tangan, rekayasa, penaklukan, dan perongrongan untuk menciptakan ruang bagi diri mereka dan memindahtangankan kekuasaan. Para laki-laki berpikir bahwa mereka mengendalikan perempuan dan lebih unggul daripada perempuan. Namun, dalam Mahabharata, perempuan adalah individu yang cerdas, berani, dan cantik yang tak dapat dengan mudah dianiaya maupun ditaklukkan.

Mahabharata yang merupakan epik yang kental sekali dengan nuansa politik, yakni rebut-merebut kekuasaan.  Keputusan Jokowi adalah ekspektasi yang tinggi terhadap para perempuan yang menjadi pansel itu. Padahal pemberantasan korupsi adalah pekerjaan yang berat dalam penegakan hukum dan didominasi komisioner laki-laki.  Bahkan sejak berdiri 12 tahun yang lalu, belum ada komisioner perempuan di badan  anti rasuah ini.

Mudah-mudahan hasil keras 9 Srikandi Pansel Capim KPK  dapat mengikuti langkah pemimpin dan tokoh besar Tiongkok, Deng Xiaoping (1904-1997), yang dianggap berhasil mentransformasi Tiongkok menjadi negara modern, dengan mengatakan: “Saya tidak peduli apakah kucing itu berwarna hitam atau putih, yang penting bisa atau tidak ia menangkap tikus”.

Komposisi Pansel 2015 memberi peluang menghadirkan pemimpin KPK terbaik yang minimal memiliki empat kriteria utama, yaitu integritas (integrity), tak diragukan keberanian memberantas korupsi, kemampuan (capacity), dan mempunyai jiwa kepemimpinan (leadership). Kalau mau ditambahkan, memiliki kemampuan persuasi menghadapi berbagai tekanan kepada KPK.  Dengan melihat proses tersebut, sepanjang memenuhi kriteria di atas, asal instansi menjadi tidak penting.     (mdtj/hrt


Konsultan HRD

Related

Nusantara 3361400135411295703

Post a Comment

emo-but-icon

item