Hari Kemerdekaan Pers Internasional 2016 Helsinki, 2017 Indonesia

Tertawalah selagi Gratis
video-shooting-dan-fotografi
Video Shooting & Fotografi
Mengabadikan Momen, Menceritakan Cerita — Solusi Profesional untuk Video Shooting & Fotografi Anda.
0813-1615-8974
Info Lengkap
Jakarta (Satu Nusantara)- UNESCO mengumumkan Peringatan Hari Kemerdekaan Pers International 2016  bakal digelar di Helsinki, Finlandia, dan selanjutnya untuk 2017 akan dilaksanakan di Indonesia. Demikian salah satu butir rekomendasi  yang dibacakan  Direktur Pengembangan Media dan Kebebasan Berekspresi UNESCO, Guy Berger, saat  penutupan rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan Pers Internasional 2015 yang berlangsung di ibukota Latvia, Riga.

Tahun ini,  Peringatan Hari Kemerdekaan Pers International 2015  dihadiri 500 perwakilan pers dari 81 negara. Dari Dewan Pers hadir mewakili delegasi Indonesia adalah Dr.Ninok Leksono, Yosep Adi Prasetyo, I Made Karuna Ray Wijaya, Imam Wahyudi, Chelsia Christiana, dan juga anggota komisi Penyiaran Indonesia,  Bekti Nugroho.


Sebagai catatan penting, semua anggota  delegasi menyepakati perlunya mendorong  organisasi internasional, pemerintah , media dan berbagai actor  lain untuk bisa bekerja sama menjaga keselamatan jurnalis dan meminta pertanggung-jawaban mereka yang menyerang jurnalis.

Sejumlah  Negara mengakui bahwa kebebasan pers masih menjadi isu utama yang harus terus diperjuangkan  oleh sebagian besar Negara.


Data  UNESCO menyatakan ada ratusan wartawan diserang, luka , tertembak atau mati saat bertugas. Penyerangan terhadap wartawan sepanjang 2014 tercatat paling banyak terjadi di Suriah  . Untuk itu pihak UNESCO memberikan Penghargaan Kebebasan Pers Dunia Guillermo Cano kepada pengacara dan pegiat kebebasan pers asal Suriah, Mazen Darwish, yang sejak Februari 2012 hingga kini ditahan di penjara. Penghargaan juga disampaikan  Presiden Latvia  kepada istri Mazen, Yara Bader.

Peserta konferensi juga menyoroti maraknya media social sebagai bagian dari kebebasan berekspresi. Namun sejumlah narasumber juga mengingatkan agar para jurnalis tak sembarang menggunakan media sosial ataupun sumber di media sosial sebagai berita tanpa pernah mengeceknya. Kebebasan berekspresi harus bisa menghadirkan jurnalisme yang berkualitas. (etika.dp/linda/mdtj. foto ilus
              



Konsultan HRD

Related

News 2315037642148358988

Post a Comment

emo-but-icon

item