Lagi, Pernyataan Warga Butuh Babinsa

https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/05/lagi-pernyataan-warga-butuh-babinsa.html
Jakarta
(satunusantara) M.Kahfi seorang siswa Sekolah Menengah Atas duduk
dibangku Kelas 1, SMAN 24 Tangerang, punya cita-cita ingin jadi pahlawan
bangsa. Saat ditanya kenapa ingin menjadi
seorang pahlawan, dijawab, “Jika menjadi seorang pahlawan, akan selalu dikenang
sepanjang masa. Lagi pula, bisa membela Negara di medan tempur sambil angkat
senjata, keren kan?, dari pada menghabiskan uang rakyat demi kepentingan
pribadi”. Itulah dialog yang terekam diingatan, ketika sekolah kami kedatangan
tim penyuluhan tentang bela Negara dari bapak-bapak TNI AD saat TMMD.
Takjub dan bangga serta
sedikit terkejut pada bagian akhir kalimatnya, sebagai guru saya hanya bisa
tersenyum manis padanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. ternyata, masih
ada anak usia 16 tahun punya cita-cita
yang besar. Besar karena tugas yang diemban pahlawan, adalah tugas yang besar.
Tidak sembarang orang pada zaman ini rela berkorban tanpa pamrih layaknya
pahlawan.
Aku lahir dan besar di
lingkungan asrama TNI AD, bapakku terakhir berdinas sebagai babinsa dengan
pangkat sersan mayor. Masih terekam jelas diingatan, ketika Bapakku
menceritakan tentang lepasnya Timor Timur (sekarang Timor Leste). Betapa
banyaknya pasukan yang dikirim ke Timor Timur wafat. Mereka yang dikirim adalah
putra terbaik yang dimiliki pribumi dari seluruh penjuru nusantara yang optimis
mampu mempertahankan kesatuan NKRI. Dengan penuh keberanian, tanpa rasa takut
kematian yang bisa saja menghampiri, mereka tetap saja pergi ke Timor Timur
menjalankan tugas yang diamanatkan oleh bangsa kepada mereka. Walau akhirnya
rasa kecewa yang mereka dapatkan ketika Timor Timur lepas dari NKRI meski nyawa
prajurit sudah tak terhitung lagi yang wafat dalam medan pertahanan.
Sebagai seorang anak
tentara, saya tahu menjadi seorang prajurit sangatlah berat, menjaga keutuhan
NKRI dan keselamatan segenap warga negaranya. Mereka adalah orang-orang
terpilih dan pilihan yang berani berkorban dan terus mengabdi dengan jiwa merah
putih didadanya yang akan tertanam sampai akhir hayatnya.
Namun beberapa minggu
terakhir ini saya sedih menyaksikan mantan pucuk pimpinan TNI, yang bernama
Jenderal agus muncul dengan pernyataan-pernyataannya yang menimbulkan keresahan
di lingkungan prajurit. Pengorbanan jiwa raga prajurit demi utuhnya NKRI dari
pemberontakan PKI bapak anggap sepi... Pengabdian tulus babinsa sampai pelosok
negeri bapak anggap sunyi. Jangan sampai demi kepentingan pribadi maupun
kelompok, kepentingan bangsa dan Negara dilupakan. Menjadi manusia Merah Putih
haruslah berani berkorban, terus mengabdi sampai akhir, saya jadi bertanya
apakah sudah digadaikan jiwa nasionalismemu? Apakah masih merah putih darahmu
bapak jenderal?.linda.