122 Personel TNI Terlibat Latihan Maritime Security Exercise

https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/04/122-personel-tni-terlibat-latihan.html
Jakarta
(satunusantara) Sebanyak 122 personel TNI, antara lain
terdiri dari 96 personel KRI Sultan Iskandar Muda 367, 10 personel Detasemen
Jala Mengkara (Denjaka), Staf Maritime Security Task Force Head Quarter dan
Maritime Security Exercise Planning Control Team (EPCT) terlibat dalam Latihan
Maritime Security Exercise.
Latihan Maritime Security
Exercise dimulai pada hari Senin, 25 April 2016 menuju Brunei Darussalam dan
direncanakan tiba pada 1 Mei 2016 untuk melaksanakan Harbour Phase sampai
dengan tanggal 5 Mei 2016. Selanjutnya,
KRI Sultan Iskandar Muda 367 akan melaksanakan Sea Phase pada 5 s.d 9 Mei 2016
menuju Singapura dan diakhiri Closing Phase tanggal 9 s.d 11 Mei 2016,
sedangkan untuk rute gerak kegiatan KRI Sultan Iskandar Muda 367, yaitu :
Jakarta-Tarakan-Brunei Darussalam-Singapura-Tanjung Uban-Jakarta.
Sementara itu Kementerian
Pertahanan Forum ASEAN Defence Minister Meeting (ADMM) – Plus yang
beranggotakan 10 negara ASEAN dan 8 negara mitra ASEAN (Amerika Serikat, Rusia,
Tiongkok, India, Australia, Jepang, Korea Selatan dan Selandia Baru) sebagai
leading sector program kegiatan terbagi dalam wadah-wadah Experts Working Group
(EWG) pada bidang-bidang diantaranya Maritime Security, Counter Terrorism,
Humanitarian Mine Action, Peace Keeping Operation, Humanitarian Assistance
Disaster Relief dan Military Medicine.
Wakil Asisten Operasi
(Waasops) Panglima TNI Laksma TNI Harjo Susmoro saat melepas para personel yang
terlibat dalam latihan tersebut di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta
Utara, mengatakan bahwa, tantangan tradisional atau yang dikenal sebagai
conventional threats, muncul dalam serangkaian kemajuan pesat pada pembangunan
teknologi peralatan perang dan kemajuan dunia industri militer yang semakin
canggih dan modern, sedangkan tantangan dan ancaman non-tradisional
(non-conventional threats) yang timbul dan merupakan fenomena baru, antara lain
berkisar pada aksi terorisme, keamanan maritim, pemanasan global dan perubahan
iklim, kelangkaan energi dan pangan, penyakit menular dan penyelundupan
manusia, obat-obatan serta persenjataan serta pembajakan udara dan perompakan
di laut. Indonesia yang secara geografis
berada dalam wilayah kawasan yang sama,
yakni ASEAN, tidak luput dari kemungkinan dampak fenomena tantangan dan
ancaman tersebut.
“Latihan ini dilaksanakan
bersama 10 negara sahabat anggota ASEAN dan 8 negara mitra wicara ASEAN dalam
rangka mengembangkan dan meningkatkan strategi, metoda, teknik, taktik dan
pendekatan, sebagai upaya membangun interoperability, dalam rangka
menghadapi strategi serta besaran, luas
dan kompleksitas dampak ancaman aksi terorisme dan sejenisnya,” kata Waasops
Panglima TNI.
Lebih lanjut Waasops
Panglima TNI Laksma TNI Harjo Susmoro menyampaikan, harus diakui bahwa
memerangi aksi terorisme yang saat ini telah berkembang pesat baik skala
ataupun metodanya, tidak dapat diselesaikan oleh hanya satu negara saja secara
sendiri. Menurutnya, memerangi aksi terorisme dalam konteks bilateral dan regional, diperlukan suatu kerja sama yang
terkoordinasi secara strategis dan komprehensif, dalam hubungan kerja sama
Lintas Angkatan Bersenjata atau Lintas Nasional, dan secara simultan bersifat
pre-emptif, preventif dan represif, serta dengan pra-syarat kemampuan yang
harus dimiliki oleh satuan dan prajurit Tentara Nasional Indonesia.
Mengakhiri sambutannya
Waasops Panglima TNI Laksma TNI Harjo Susmono memberikan beberapa penekanan,
yaitu: Pertama, kuasai dan pahami dengan
baik, tujuan dan sasaran latihan, mengingat latihan ini tidak sekedar memenuhi
program dan kegiatan yang telah kita tetapkan dan sepakati bersama. Kedua,
patuhi dan cermati secara mendalam SOP (Standard Operating Procedure) dan ROE
(Rules of Engagements) dalam latihan, agar mampu meningkatkan kapasitas
dan kapabilitas satuan serta para prajurit sekalian secara kelompok ataupun
individu, dalam membangun interoperability antara Tentara Nasional Indonesia
dan Angkatan Bersenjata negara sahabat peserta latihan, dihadapkan pada
kecenderungan kondisi faktual perkembangan aksi dan modus operandi terorisme
saat ini dan di masa yang akan datang.
Ketiga, laksanakan latihan
dengan penuh dedikasi, semangat dan tanggung jawab, serta kuasai setiap peran
masing-masing yang telah diberikan kepada para prajurit sekalian. Keempat, jaga
keselamatan dan keamanan diri serta kekompakan para peserta sekalian, agar
mampu mencapai tujuan latihan dengan maksimal dan sempurna. Kelima, gunakan setiap kesempatan pada latihan bersama
ini, guna meningkatkan kebersamaan dan saling pengertian dalam rangka
memperkokoh hubungan dan kerjasama multinasional, baik secara resmi ataupun
pribadi.puspen/linda.