Susun Langkah Strategi Bersinergi, Ciptakan Peluang Ekonomi
https://satunusantaranews.blogspot.com/2015/11/susun-langkah-strategi-bersinergi.html
Jakarta
(Satunusantara) Seminar ekonomi yang diadakan Core Economic Outlook
mengetengahkan bagaimana menata jalan, menciptakan peluang lebih lebh besar. Itu
berarti menyusun langkah strategi secara komprehensif dan terintegrasi, juga
berarti menyusun strategi untuk bersinergi dimana satu kebijakan akan mendukung
kebijakan lain, sehingga langkah yang dilakukan tertata dan akan berujung pada
tujuan penciptaan peluang yang lebih besar.
Hal itu merupakan pemaparan yang disampaikan oleh pembicara
antara lain Dr. hendri Saparini, Dr. Mohammad Faisal, dan P.K. Basu dengan tema
diskusi adalah “Paving the Way” di salah satu hotel di Jakarta.
Dr. Hendri Saparini selaku Direktur Eksekutif Core Indonesia
mengatakan, tiga instrument yakni kebijakan fiskal, moneter dan kebijakan di
sektor riil harus disinergikan karena kekuatan Indonesia untuk menahan
perlambatan ekonomi dan menangkal dampak negative dari pengaruh global hanya
dapat dilakukan dengan menggerakan kekuatan domestik.
Lebih lanjut dikatakan, paving the way yang berarti fokus,
konsisten dan dinamis. Sehingga bila satu kebijakan belum bisa berjalan harus
segera diikuti dengan kebijakan yang lain secara terus menerus hingga jalan
yang harus ditempuh lebih terbuka.
Sementara menurut kajian Core, perekonomian Indonesia pada tahun
ini hanya akan tumbuh 4,7 persen. Namun demikian, diperkirakan ekonomi Indonesia
dapat tumbuh 5,2 – 5,4 persen pada tahun 2016.
“Konsumsi swasta akan kembali menjadi sumber utama pendorong
ekonomi Indonesia, dimana konsumsi swasta diperkirakan akan tumbuh 5,3 persen
di tahun 2016, lebih tinggi dibanding tahun ini yang diperkirakan mencapai lima
persen. Di sisi lain, konsumsi pemerintah juga berpotensi menjadi salah satu
pendorong penting, pertumbuhan ekonomi tahun 2016 dengan tingkat pertuimbuhan
sebesar 6 – 7persen”, pungkasnya.
Dalam kajian Core Indonesia, investasi tetap bruto 2016
diperkirakan dapat tumbuh enam persen. Tumbuhnya pembangunan infrastruktur oleh
pemerintah dan BUMN serta meningkatnya realisasi investasi langsung akan
menjadi pendorong utama pertumbuhan investasi tetap.
Sementara Dr, Mohammad Faisal mengatakan, inflasi tahun 2015
diperkirakan hanya berada pada kisaran 2,5 – 3 persen atau dibawah target BI 3 –
5 persen. Sedangkan tahun 2016 diperkirakan inflasi cukup terjaga pada level 4 –
5 persen karena didukung beberapa faktor antara lain, harga pangan diperkirakan
akan tetap stabil sejalan dengan masih rendahnya harga pangan global, kapasitas
produksi terpasang masih mampu memenuhi permintaan konsumsi tahun depan yang
diperkirakan hanya tumbuh marginal, dan ekspektasi inflasi masyarakat juga
diperkirakan akan menurun sejalan dengan kondisi perekonomian yang tumbuh
marginal.
Namun demikian Saparini juga mengatakan, terdapat beberapa
faktor yang berpotensi mendorong inflasi, seperti inflasi barang-barang yang
dikendalikan pemerintah yang diprediksi akan mengalami peningkatan ( kenaikan
harga elpiji, tabung, pencabutan subsidi listrik, dan kenaikan cukai rokok) dan
potensi pelemahan kurs rupiah tahun depan masih akan memberikan kontribusi pada
inflasi domestik.
Dr Mohammad kembali mengatakan, menguatnya sentmen negatif
terhadap perekonomian China dan adanya potensi Fed untuk menaikan federal fund
rate juga akan menyebabkan nilai tukar rupiah berpotensi melemah diatas Rp.14
ribu tahun 2016.linda.





