Seminar Nasional: Geopark untuk Pariwisata Nasional
https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/05/seminar-nasional-geopark-untuk.html
Jakarta
(satunusantara) Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata, Dadang Rizki Ratman membuka sekaligus menjadi keynote
speech pada seminar nasional geopark bertajuk
“Geopark untuk Pariwisata Nasional” yang berlangsung di Balairung
Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata
(Kemenpar). Seminar nasional yang diselenggarakan oleh Reuni 35 Tahun ITB 81
tersebut dalam rangka mempercepat terwujudnya Indonesia menjadi destinasi
wisata geopark dunia sebagai bagian dari Wonderful Indonesia dan
Pesona Indonesia.
Dadang Rizki Ratman mengatakan,
geopark sebagai konsep manajemen pengembangan kawasan alam, yang diinisiasi oleh UNESCO sekitar tahun
2000-an, dengan memanfaatkan
kesinambungan sumber daya geodiversity, biodiversity, dan culturaldiversity itu
dimaksudkan tidak hanya sebagai upaya konservasi semata (menjaga situs geologis) namun juga sekaligus
untuk mendidik dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. “UNESCO telah
membuat standar yang mewajibkan pengelolaan geopark dengan prinsip pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan itu melalui
kegiatan pariwisata antara lain
geowisata atau ecowisata agar
masyarakat setempat sejahtera,” kata Dadang Rizki Ratman.
Menteri Pariwisata Arief
Yahya menjelaskan, wisatawan mancanegara (wisman) tertarik berkunjung ke
Indonesia karena potensi yang dimiliki berupa
alam (nature) sebesar 35%, budaya
(culture) 60%, dan manmade 5%. “Potensi alam sebesar 35% kita kembangkan sebagai wisata bahari (marine
tourism) 35%; wisata ekologi (eco tourism) 45%; dan wisata petualangan
(adventure tourism) 20% di dalamnya
termasuk geopark,” kata Arif Yahya seraya menjelaskan, untuk potensi culture sebesar 65% dikembangkan sebagai
produk wisata warisan budaya dan sejarah (heritage and pilgrim tourism) 20%;
wisata belanja dan kuliner (culinery and shopping tourims) 45%; dan wisata kota dan desa (city and vilage
tourism) 35%. Potensi berupa buatan
manusia (manmade) sebesar 5%
dikembangkan sebagai produk wisata
wisata MICE (MICE and event tourism) 25%; wisata olahraga (sport tourism) 60%; dan
obyek wisata yang terintergrasi (integrated area tourism) 15%.
Konsep manajemen
pengembangan kawasan wisata alam dengan prinsip konservasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata, menurut Arief Yahya, menjadi
perhatian masyarakat dunia. UN-WTO secara khusus menjadikan sebagai tema dalam
peringatan Hari Pariwisata Dunia (World Touridm Day) 2015 dengan “Ones Billion
Tourists, One Bilion Opportunities” yang kemudian sebagai turunannya akan
digunakan tema ”Semakin Dilestarikan,
Semakin Mensejahterakan.”
Sektor pariwisata ditetapkan
sebagai penggerak perekonomian nasional karena menghasilkan devisa terbesar,
bila saat ini masih berada di urutan ke-4 dalam tiga tahun ke depan posisi ini
akan terus meningkat menggantikan sektor
lain seperti; minyak dan gas, batu bara,
karet, serta tekstil yang memiliki karakter non-renewable. Selain itu
kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional
meningkat dari 9,5% pada 2014
menjadi 15% pada 2019 mendatang, sedangkan lapangan kerja yang tercipta
sebanyak 11 juta akan meningkat menjadi 13 juta tenaga kerja.
Menpar Arief Yahya
menjelaskan lebih jauh, environmental sustainability menjadi isu internasional
dan semua negara berusaha menjaga dan meningkatkan kualitasnya dalam upaya
memenangkan persaingan bisnis pariwisata global karena bila produk pariwisata
suatu negara tidak menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan akan
ditinggalkan wisatawan. “Dalam menghadapi persaingan global, Indonesia berusaha
memperbaiki peringkat daya saing pariwisata yang dalam tiga tahun ke depan akan
berada di ranking 30 dunia, dari posisi semula tahun 2013 di ranking 70, tahun
2015 meningkat di ranking 50 dunia dari 141 negara,” kata Menpar Arief Yahya.
World Economic Forum (WEF)
dalam Travel and Tourism Competitiveness Report 2015 menyebutkan naiknya posisi
daya saing pariwisata Indonesia karena memiliki keunggulan antara lain dalam
hal; price competitiveness, prioritization of travel & tourism, dan natural resources, sedangkan yang menjadi
kelemahan adalah dalam tourism service
infrastructure, health and hygiene, dan
environmental sustainability. “Kita unggul di natural resources, namun kita
mempunyai PR di environmental sustainability
yang indexnya menurun hingga 9 poin,
tahun 2013 berada di posisi 125
menurun di posisi 134 pada 2015. Ini menjadi PR bersama untuk
memperbaiki di antaranya melalui konsep pengelolaan geopark yang mengacu pada
standar UNESCO,” kata Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya
mengatakan, Indonesia perlu melakukan bechmarking dengan China maupun Korea yang berhasil mengembangkan
geopark. China berhasil mengembangkan Yuntaishan Geopark semula tahun 2000
dikunjungi 200 ribu wisatawan, meningkat menjadi 1,25 juta wisatawan dengan
perolehan devisa sebesar US$ 90 juta pada 2004,
setelah dua tahun bergabung dengan GGN UNESCO. Begitu pula Jeju Island
Geopark di Korea Selatan tahun 2011
dikunjungi 7 juta wisatawan.
Indonesia memiliki sekitar
40 geoheritage yang dikembangkan sebagai kawasan geopark nasional (GN)
yang 4 di antaranya yakni; GN Kaldera
Toba (Sumatera Utara); GN Merangin (Jambi), GN Ciletuh (Jawa Barat), dan GN
Rinjani (Lombok, NTB) menjadi geopark global yang diakui UNESCO (UGG), selain
dua UGG yang dimiliki Indonesia saat ini yaitu;
UGG Batur (Bali) dan UGG Gunung Sewu (DIY-Jateng-Jatim).
Seminar nasional geopark
yang diikuti sekitar 200 peserta dari
kalangan akademisi, praktisi, pelaku industri pariwisata, dan instansi terkait
tersebut menghadirkan narasumber antara lain; Hiramsyah S Thaib (Ketua Tim
Pokja Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas), Sofyan Suwardi
(Ivan) ST., MT. (Anggota Tim Taskforce Revitalisasi Museum Kegeologian &
Optimalisasi Pengembangan Geopark, KESDM), Ir. Alimin Ginting (Kepala Badan
Pengelola Geopark Nasional Kaldera Toba), Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc.,
Ph.D (Kepala Pusat Penelitian Geopark dan Kebencanaan Geologi UNPAD ), dan Ir.
Budi Martono, M.Si (Kepala Badan Pengelola Global Geopark UNESCO Gunung
Sewu). (Biro Hukum dan Komunikasi
Publik).linda.





