KRI Teluk Bone 511 Dukung Pamrahwan Maluku Utara

https://satunusantaranews.blogspot.com/2016/03/kri-teluk-bone-511-dukung-pamrahwan.html
Jakarta (satunusantara) Kapal perang milik Kolinlamil kembali melaksanakan dukungan
operasi angkutan laut militer dalam rangka mendukung Satuan tugas Pengamanan
Daerah Rawan (Pamrahwan). KRI Teluk Bone 511 mengangkut pasukan Batalyon dari
Batalyon Infanteri 408/Suhbrasta Sragen yang menserahterimakan tanggung jawab
tugas Pengamanan Daerah Rawan kepada Batalyon Armed 12 Kostrad Ngawi di daerah
Maluku Utara.
KRI
Teluk Bone 511 yang telah mendebarkasikan Yon Armed 12/Kostrad, selanjutnya
akan mengembarkasikan Yonif 408/Subhrastra di Pelabuhan Ahmad Yani, Ternate
untuk kembali ke markasnya di Sragen usai melaksanakan tugas.
KRI
Teluk Bone 511 yang berjenis LST (Landing Ship Tank) dan berada dibawah
pembinaan Satlinlamil Surabaya membawa Batalyon Armed 12 Kostrad dari Surabaya
ini tiba di Ternate pada malam hari kemudian dilaksanakan pemeriksaan barang
bawaan oleh tim gabungan intelijen dan personel Polisi Militer. Kemudian
dilaksanakan upacara serah terima Satgas yang dipimpin oleh Danrem 152/Babullah
Kolonel Inf Syafrial.
Usai
pelaksanaan upacara kemudian dilaksanakan Embarkasi dan Debarkasi personel,
materil dan kendaraan. Selanjutnya dilaksanakan pengarahan kepada personel
satgas baru oleh Kasi Intel dan Kasi Ops Korem yang memaparkan situasi kondisi
Maluku Utara secara global.
KRI
Teluk Bone 511 memang menjadi bagian dari sejarah TNI AL, dan genderang program
MEF (Minimum Essential Force) telah dikumandangkan, kemudian diwujudkan
dengan update beragam alutsista baru, tapi pada kenyataan bukan berarti
alat perang tua langsung disingkirkan. Sepanjang esensi dan fungsionalitas alat
perang masih dibutuhkan, beberapa masih terus digunakan. Di lini armada LST (landing
ship tank), masih ada kapal yang tergolong amat sepuh, bila ditakar usianya
sudah jauh lebih tua dari anggota TNI AL aktif paling senior sekalipun.
Yang
dimaksud adalah LST 542 Class buatan AS. Di awal tahun 60-an, khususnya dalam
menyongsong operasi Trikora, TNI AL mulai kebanjiran LST untuk menunjang misi
pendaratan amfibi. Berlanjut di awal sekitar tahun 1967-an, LST 542 yang
menjadi pemain di banyak laga Perang Dunia II dan Perang Vietnam kembali
berdatangan memperkuat Satuan Kapal Amfibi TNI AL. Yang salah satunya KRI Teluk
Bone 511. Kecuali KRI Teluk Amboina, kesemua LST diatas merupakan veteran
Perang Dunia II, terutama dalam perannya saat operasi pendaratan pasukan Sekutu
di pantai Normandia, Perancis di 1944. Beberapa diantara LST tadi juga ada yang
mampir untuk terlibat dalam operasi AS di Vietnam pada periode 1967 – 1970.
Kini
sebagian besar LST 542 Class yang sempat menjadi tulang punggung armada LST
sudah dihapus dari inventaris armada TNI AL. Kini, masih ada tiga unit LST 542
Class yang dioperasikan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), yaitu KRI
Teluk Amboina 503, KRI Teluk Ratai 509 dan KRI Teluk Bone 511.
Merujuk
dari sejarahnya, KRI Teluk Bone yang masuk LST 542 Class bisa digolongkan
sebagai light LST, pasalnya bobot mati kapal ini hanya 1.651 ton, sementara
untuk bobot muatan penuhnya bisa mencapai 4.145 ton. Sebagai perbandingan, LST
Frosch class I bobot normalnya 1.744 ton dan LST Frosch-II bobot normalnya
1.530 ton. Sementara LST terbaru TNI AL, KRI Teluk Bintuni 520, bobot matinya
2.300 ton. Kapal ini punya panjang 100 meter dan lebar 15 meter. Dapur pacu
kapal ini dipercayakan pada 2 unit mesin diesel General Motors 12-567 900HP
dengan dua bilah propeller dan dua kemudi. Dari mesin tersebut, dapat dicapai
kecepatan maksimum hingga 12 knots (setara 22 km per jam). Soal jarak tempuh,
dalam kondisi normal Teluk Bone bisa menjelajah sampai 24.000 mil (38.624 km),
pada kondisi tersebut kecepatan kapal dipatok 9 knots dengan bobot penuh 3.960
ton
Sebagai
kapal pendarat amfibi, KRI Teluk Bone dibekali dengan kemampuan angkut cargo.
Selain bisa dimuati 17 unit tank pada tank deck (dek bagian bawah), dek
utama (dek bagian atas) juga dapat diakses untuk keluar masuk kendaraan, hal
ini dimungkinkan berkat adanya elevator forward setelah pintu pada ramp.
Dalam gelar operasi, dek utama kerap ditempati kendaraan pendukung seperti
truk, artileri, jip, dsb. Soal kapasitas muatan bergantung pada jenis misi yang
diembannnya, secara umum LST 542 class bisa dimuati beban antara 1.600 ton
hingga 1.900 ton.
Tak
hanya menghantarkan tank, KRI Teluk Bone juga dapat mengangkut pasukan Marinir
yang terdiri dari 16 perwira dan 147 prajurit. Untuk tugas pendaratan pasukan
ke bibir pantai, tersedia dua unit LCVP (Landing, Craft, Vehicle and
Personnel). Untuk persenjataannya Kapal ini dirancang lebih pada
kebutuhan peran dari PSU (penangkis serangan udara), ada dua pucuk kanon twin
kaliber 40 mm (di haluan dan di buritan), empat pucuk kanon 40 mm laras
tunggal, dan 12 pucuk kanon 20 mm laras tunggal. Kesemuanya dioperasikan secara
manual. Kapal perang ini secara keseluruhan diawaki oleh 7 perwira dan 104 anak
buah kapal.
Sampai
saat ini, KRI Teluk Bone 511 berada dibawah pembinaan Satuan Lintas Laut
Militer (Satlinlamil) Surabaya dan dikomandani oleh perwira menengah berpangkat
setingkat Letnan Kolonel meskipun kadang seorang Mayor namun sudah sesuai
syaratnya bisa menempati jabatan tersebut. Sebagai wujud orisinalitas, corong
komunikasi dari bridge (anjungan) ke kamar mesin masih menggunakan pipa dan
bukan radio seperti kapal militer masa kini. Jam, lonceng, instrumen, bahkan
lambang kapal asli dari AS masih ada di beberapa kapal-kapal LST eks Perang
Dunia II ini.
Keberadaan
KRI Teluk Bone yang masih eksis dan tetap dapat beroperasi hingga saat ini
tidak terlepas dari upaya-upaya TNI AL dalam rangka mempertahankan kesiapan
teknis KRI melalui program Perpanjangan Usia Pakai (PUP). Selama lebih dari 40
tahun setelah memperkuat jajaran kapal perang TNI AL, kapal perang ini banyak
dilibatkan dalam operasi militer, baik Operasi Militer Perang (OMP) di Timor
Timur maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP) lainnya yang bersifat bhakti
kemanusiaan.penkolinlamil/linda.